Workshop Analisis Data Riset dan Penulisan Bahas Model Pembangunan Berbasis Adat di Papua

Workshop Analisis Data Riset dan Penulisan Bahas Model Pembangunan Berbasis Adat di Papua
Jayapura, 7 Desember 2024 – Workshop Analisis Data Riset dan Penulisan yang berlangsung di Swiss-Belhotel Jayapura pada 4–7 Desember 2024 berhasil mengumpulkan para akademisi dan peneliti lintas disiplin untuk membahas hasil riset dari dua wilayah, yakni MAPI dan Supiori. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi temuan riset, menyusun rekomendasi kebijakan berbasis adat, serta mengembangkan model pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.


Sejumlah tokoh akademisi dan peneliti turut hadir dalam workshop ini, termasuk Elvira R. R. Rumkabu, S.IP., M.St., Septer Manufandu, Dr. Ir. Rudi A. Maturbongs, M.Si, Dr. Ir. Paulus Boli, M.Si, Dr. Hendri, Jimmy Frans Wanma, S.Hut., M.App.Sc., Dr. Ferawati Runtuboi, S.IK., M.Si, Prof. Dr. Julius Ary Mollet, SE, MBA, MTDev, Dio.LED, Ph.D., Asrida Elisabeth, Dr. Cypri Jehan Paju Dale, dan Veronika Kusumaryati.


Pada hari pertama, workshop dibuka dengan doa dan pemaparan agenda kegiatan. Diskusi utama berfokus pada temuan riset lapangan terkait pemanfaatan sumber daya alam, peran perempuan dalam ekonomi lokal, serta isu adat seperti Zahang—tradisi penutupan wilayah adat sementara untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Tantangan utama yang diidentifikasi mencakup konflik tata kelola adat, keterbatasan data terbaru, dan ketergantungan masyarakat pada eksploitasi sumber daya alam tanpa pengolahan yang berkelanjutan.


Hari kedua diisi dengan presentasi mendalam dari tim riset MAPI dan Supiori. Tim MAPI menyoroti sistem pengelolaan tanah berbasis adat yang mengatur kepemilikan dan distribusi tanah melalui klasifikasi tradisional. Sementara itu, tim Supiori membahas dampak perubahan iklim di pesisir Papua Pasifik, di mana kenaikan suhu 1°C–1.5°C telah mempengaruhi sektor perikanan dan ekosistem mangrove. Diskusi juga menyoroti peran gereja dalam menyelesaikan konflik sosial dan mengelola program pendidikan serta kesehatan.


Hari terakhir workshop berfokus pada penyusunan model pembangunan ekonomi hijau dan biru berbasis adat. Pembahasan mencakup kelembagaan adat yang kuat di tujuh suku di wilayah riset, pengelolaan sumber daya alam berbasis tradisi, serta peluang ekonomi melalui sektor perikanan dan ekowisata. Workshop ini juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis ruang hidup masyarakat adat agar model pembangunan yang diusulkan dapat diimplementasikan secara efektif.


Sebagai tindak lanjut, para peserta sepakat untuk menyusun dokumen advokasi model pembangunan berbasis adat yang akan dimasukkan dalam perencanaan daerah. Selain itu, laporan hasil riset akan dipublikasikan dalam bentuk buku dan digunakan sebagai referensi bagi pengambilan kebijakan di tingkat lokal maupun nasional.


Dengan adanya workshop ini, diharapkan model pembangunan berbasis adat dapat menjadi solusi bagi kebijakan pembangunan di Papua yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan sesuai dengan kearifan lokal masyarakat adat.